4.
Eldo a.k.a Mr. Ganteng
Di Teens Kafe…
Hari ini aku hanya ada satu mata kuliah. Seusai kuliah aku langsung melesat ke Teens Kafe untuk bekerja. Segera aku berganti pakaian ‘dinas’ku, menaruhnya dalam loker setelah itu aku siap bertugas. Tak lama kemudian, aku mendengar bel pintu berdenting. Kulihat Mr. Ganteng melangkah masuk dan duduk dekat jendela. Jantungku berdegup dengan kencang saat Mr. Ganteng melambaikan tangannya padaku. Aku melangkah menuju mejanya untuk mencatat pesanannya.
“Selamat siang,” sapaku, sambil tersenyum. “Mau pesan apa, Mas?”
“Eng,” Mr. Ganteng sibuk melihat-lihat menu.
‘Hhh, benar-benar ganteng. Matanya indah, senyumannya sangat manis, wajahnya baby face. Mr. Ganteng nama kamu siapa?’
“Saya pesan double cheese burger, dan coke float.” Katanya sambil menutup daftar menu.
“Baik,” aku mencatat pesanannya lalu membacakannya kembali. “Harap tunggu sebentar, ya, Mas.” Aku bergegas meninggalkannya dan menyerahkan pesanan Mr. Ganteng ke koki.
Aku duduk di ruang karyawan. Aku mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Oh MY GOSH!!! Mr. Ganteng, kau telah menyihirku dengan pesonamu. Aku rasa, aku mulai penasaran dengan Mr. Ganteng dan ingin mengenalnya lebih jauh. Aku bangkit karena pesanan Mr. Ganteng sudah jadi, aku langsung mengantarkannya.
“Silakan,” ucapku, sambil meletakkan pesanan Mr. Ganteng di meja.
“Terima kasih,”
Aku bergegas meninggalkan Mr. Ganteng dan masuk ke ruang karyawan. Aku memerhatikan Mr. Ganteng dari balik jendela ruangan. Hhh, betapa manisnya Mr. Ganteng ―walaupun hanya terlihat dari balik jendela. Suatu perasaan aneh muncul di hatiku. Perasaan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya, aku tidak hanya menganggumi Mr. Ganteng tapi aku mulai menyukainya. Aku jatuh cinta? Iya, aku benar-benar menyukai Mr. Ganteng. Tra la la…
Anjani menghampiriku dan ikut melihat Mr. Ganteng di sampingku.
“Emang, sih, dia ganteng banget.” Komentar Anjani. “Tapi kayaknya dia lebih cocok jadi adik lo,”
Aku menoleh, sambil mengerutkan kening. “Maksud lo?”
“Dari tampang, kayaknya dia masih SMA, deh.
JEGEEEEER!! WHAT???? SMA?? Brondong dong? Tapi tidak mungkin, ah, Mr. Ganteng masih SMA. Aduuuh, mudah-mudahan apa yang Anjani katakan SALAH!! SA-LAH!!!!
“Lo tau dari mana, Nya?” selidikku.
“Nebak aja,” Anjani tertawa konyol.
Aku menghela nafas. Ternyata Anjani hanya menebak. Ada dua kemungkinan dari tebakan Anjani tadi. Pertama, tebakan Anjani meleset jauh. Dan, yang kedua tebakan Anjani benar 100%. Aku harus mencari tahu tentang Mr. Ganteng. Secepatnya. Tuhan, beri aku satu cara agar aku tahu tentang siapa Mr. Ganteng sebenarnya. Terutama namanya dulu. Aku mohon, Tuhan.
* * *
Hari ini aku pulang kerja lebih awal karena aku harus menyelesaikan tugas untuk besok. Sebelum aku meninggalkan Teens Kafe, aku berganti pakaian. Setelah itu, aku keluar dari Teens Kafe sambil memakai sunglasses. Aku berjalan menuju halte bis―yang agak jauh dari Teens Kafe―dengan langkah yang cepat karena panas matahari begitu menyengat.
Sesampai di halte bis, aku menunggu bis jurusan rumahku lewat. Kulirik arlojiku. Sudah pukul 2.00 siang. Bis tak kunjung datang, cuaca panas, ditambah perutku menjerit minta makan. Lalu aku putuskan untuk berjalan meninggalkan halte dan siapa tahu aku dapat taksi. Tapi sama saja, sepanjang jalan aku belum menemukan taksi satupun. Duh, susah juga enggak pake mobil. Susah mau kemana-mana.
Aku mendengar seseorang membunyikan klakson motor berkali-kali. Aku melirik dengan sudut mataku lalu aku kembali berjalan. Pasti cowok iseng yang mau godain. Aku mempercepat langkahku tapi orang itu terus mengikutiku. Heran deh, maunya apa, sih? Ngikutin orang terus udah kayak mata-mata aja. Orang itu tetap mengikuti dengan motornya. Aku mulai kehilangan kesabaran, orang ini sudah mengganggu perjalananku. Harus kuperingatkan dia. Aku membalikkan tubuhku ke arah orang itu.
“HEH! MAU LO APA???” seruku kesal. “Ngikutin gue terus! Nggak sopan banget, sih, lo!”
Orang itu menghentikan motornya, kemudian dia membuka helmnya.
Aku terkejut melihat siapa yang ada dibalik helm itu. OH MY GOSH!!!! Mr. Ganteng!!!! Mr. Ganteng ada di hadapanku. Ngapain dia ngikutin aku terus dari tadi? Kan bikin orang takut dan kesal aja, sih. Aduh, mana aku udah ngebentak dia lagi. Sama sekali tak terlintas di otakku kalo pengendara motor itu adalah Mr. Ganteng. Aku melihat Mr. Ganteng menghampiriku dan jantungku berdetak lebih kencang lagi.
“Sorry, udah bikin kamu kesal.” Katanya, merasa bersalah.
“Ng―nggak pa-pa, kok.” Aku tergagap.
“Kamu Karenina, kan?” tanya Mr. Ganteng, sambil mengulurkan tangannya. “Aku Eldo,” tambahnya, memperkenalkan diri.
Hatiku meloncat kegirangan. Akhirnya, aku dapat mengetahui nama asli Mr. Ganteng. YEEEESSSS!!! Terima kasih, Tuhan, Engkau sudah menjawab doaku.
Aku menyalami Mr. Ganteng―ralat, Eldo nama aslinya―. “Karenina,” aku menunduk, tidak berani menatap Eldo.
Eldo melepaskan genggamannya. “Mau pulang, ya?”
“I-iya,”
AARRGH!! Kenapa aku jadi tergagap begini, sih? Memalukan!
“Aku antar pulang, ya?” tawar Eldo.
“Oh, nggak usah. Aku bisa pulang sendiri, kok.”
“Udah, nggak usah sungkan. Di sini, taksi jarang yang lewat. Oke?”
Benar juga, sih, kata Eldo. Sejak tadi tak ada satu pun taksi melintas. Apa aku bareng Eldo aja?
“Eh, malah ngelamun. Ya udah, yuk.” Eldo menarik tanganku. Setengah menarik setengah menggenggam.
Aku tak dapat berkata apa-apa dan aku tak dapat melepaskan tanganku.
“Nih, pake helmnya.” Eldo menyodorkan sebuah helm berwarna putih padaku.
Aku meraihnya lalu memakai helm itu. Eldo segera naik dan menyalakan motornya. Aku masih terdiam, rasa senang ini benar-benar tidak terbendung lagi. Tidak menyangka Eldo mengantarku pulang.
“Ih, anak ini. Kebanyakan bengongnya, deh. Ayo naik.” Kata Eldo, membuyarkan lamunanku.
“Eh, i-iya.” Aku segera menaiki motornya.
Motor Eldo melesat meninggalkan tempat itu dan mengantarku pulang ke rumah.
* * *
“Nah, udah sampai.” Kata Eldo, sesampainya di depan rumahku.
Aku menoleh, untuk memastikan kalo ini memang benar rumahku. Ternyata ini rumahku, berarti Eldo bukan orang jahat. Aku segera turun dari motor dan melepaskan helm Eldo.
“Terima kasih, ya.” ucapku.
“Sama-sama, aku senang banget bisa nganter kamu pulang.” Katanya.
“Kenapa?” aku mengembalikan helm Eldo.
“Ya, senang aja. Bisa nganter perempuan secantik kamu.”
Wajahku merona merah sewaktu Eldo memujiku.
“Ah, biasa aja kali.” Sanggahku. “Mampir dulu nggak?”
“Lain kali, ya. Sekarang aku harus jemput nyokap di kantor.” Eldo memasukkan helm yang kupakai tadi ke dalam tas helm.
“Ya udah, nggak pa-pa. Sekali lagi makasih, ya, Do.”
Eldo mengangguk. “Lain kali kamu nggak usah naik mobil, biar aku bisa nganter kamu pulang lagi.”
Aku tersenyum.
“Boleh minta nomer hape kamu nggak?” tanya Eldo.
BOLEH!!!! Tentu saja boleh, Mr. Ganteng. Jangankan nomer hape, apapun yang kamu minta aku kasih. He-he-he..
“Bo-boleh,” aku mendiktekan nomer hapeku pada Eldo.
“Oke, thank you. Nanti malam aku telepon.” Ucap Eldo. “Aku pulang, ya?” Eldo menyalakan mesin motornya.
“Hati-hati.” Aku melambaikan tangan hingga Eldo tak terlihat lagi.
“YEEEEAAAHH!!!” aku berteriak, senang. “Mr. Ganteng mengantarku pulang. Dan dia akan meneleponku malam ini. Oh, Mr. Ganteng kamu membuatku lemah tak berdaya.” Aku membuka pintu pagar dan berjalan masuk ke rumah.
* * *
Aku mengerjakan tugas kuliahku, sambil mendengarkan lagu di laptopku. Hampir dua jam aku mengerjakan tugas ini, dan hampir dua jam pula Eldo belum menghubungiku. Mungkin dia lagi sibuk jadinya lupa nelepon aku. Atau dia berbohong padaku? Hmphf! Konsentrasiku jadi terpecah gara-gara hal ini. Dan aku jadi malas untuk melanjutkan tugasku, besok aku akan beralasan bahwa lampu di rumahku mati. Sekarang sering terjadi pemadaman lampu―mendadak tanpa pemberitahuan terlebih dulu―di komplek rumahku.
Hhh, aku jadi risau menunggu Eldo meneleponku. Kemana, ya, anak itu? Lupa sama janjinya sendiri. Dasaaar!!
Tiba-tiba hapeku berbunyi tanda SMS masuk. Hanya tertera nomer tanpa nama. Mungkin ini Eldo, tapi, kok, SMS? Kenapa nggak nelepon?
Karen, Maaf aku blm bisa nlp km skrng. Ini nomerku, jangan lupa disave ya! –Eldo-
Dasar! Aku tungguin dari tadi baru bilang sekarang.
Iya, gak pa-pa. Lain kali aja km tlp aq. Ok, pasti aq save nomer km.
Aku mengirim balasan SMS ke Eldo.
Km lagi apa? Udah makan?
“Aku lagi istrht, hbs ngerjain tugas. Udah mkn, kok. Km?” aku mengeja setiap kata yang kutulis kemudian aku mengirimnya.
Kutunggu balasan SMS dari Eldo. Lima menit. Sepuluh menit. Aku tak kunjung menerima SMS balasan dari Eldo. Kemana dia? Apa udah tidur kali, ya? Aku melihat jam dindingku, jarum panjang sudah menunjukkan pukul 11 malam. Astaga! Pantas saja, pasti Eldo udah tidur. Ya udah, deh, daripada nungguin balasan SMS mending aku tidur aja. Besok ada kuliah pagi dan aku harus ngater Rena dulu. Eh, disave dulu nomer Eldo. Aku menyimpan nomer Eldo dan kuberi nama Eldo a.k.a Mr. Ganteng. He-he-he.
* * *
Februari 22, 2010
pacarku umur 17 tahun part 4
Diposting oleh Prita Hayu Andani di 18.11
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar